Ajang SEA Games 2011 yang akan digelar sebentar lagi di Jakarta dan Palembang membuat pengrajin asal Bekasi ketiban rejeki. Pihak penyelenggara memesan 1.200 pasang boneka maskot gala olahraga se-Asia Tenggara itu.
Maskot SEA Games 2011 itu dijuluki Moda dan Modi, yakni sepasang maskot yang memiliki karakter seperti hewan berbentuk Komodo. Maskot Moda Modi dibuat oleh produsen boneka Hayashi Toys di Jalan Blue Safir Raya Nomor 34-35 RT 02 RW 40, Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi.
Menurut Wastini (31), pemilik Hayashi Toys, boneka maskot Moda Modi dibuat dengan karakter berbeda. Moda adalah komodo jantan, yang mengenakan kostum berwarna hijau dan sarung batik. Sementara Modi, adalah komodo betina bercorak warna kuning, memakai rok batik dan selendang batik.
Boneka maskot pesanan penyelenggara itu dibuat dengan ukuran tinggi 30 sentimeter dan berdiameter sekitar 12 sentimeter. Menurut Wastini, tempat usahanya dilirik penyelenggara SEA Games karena memiliki segenap prestasi yang cukup baik. Di antaranya, meraih predikat produsen boneka terbaik se-Jawa Barat pada 2007, juara 2 produsen boneka se-ASEAN pada tiga bulan lalu, dan pernah membuat maskot PON XVII Kalimantan Timur.
Namun, tampaknya produsen boneka di Kota Bekasi itu kewalahan untuk memproduksi boneka maskot tersebut. Sebab, pihak pesanan penyelenggara mendadak.
Menurut Anang Sujana, Suami Wastini, pihak penyelenggara SEA Games memberi pesanan membuat boneka maskot tersebut sekitar tiga pekan lalu. Awalnya, Anang tidak mengetahui bahwa boneka yang dipesan itu untuk maskot SEA Games 2011. “Saya sempat menolak karena waktunya terlalu mepet. Apalagi boneka yang dipesan jumlahnya banyak,” katanya di Bekasi Kamis 27 Oktober 2011.
Pihak penyelenggara saat itu meminta Anang untuk membuat boneka maskot Moda-Modi sebanyak 1.200 pasang. Namun, karena waktu yang terlalu mepet dan padatnya pesanan, Anang hanya menyanggupi untuk memproduksi boneka tersebut sekitar 300 buah.
Saat pemesanan, pihak penyelenggara hanya memberikan sketsa dan meminta Anang merubahnya menjadi bentuk tiga dimensi. Namun, ketika itu Anang mencoba merealisasikan konsepnya. Pada percobaan kedua, konsep boneka buatannya diterima dan dijadikan contoh untuk diproduksi dalam jumlah banyak.
Boneka Moda Modi itu, kata Anang, dibuat dengan bahan baku lokal, seperti kain batik, dan kapas dakron. Agar diproduksi tepat sebelum jadwal penyelenggaraan SEA Games, Hayashi Toys mengerahkan sekitar 108 pekerja pembuat boneka.
Sebenarnya, kata dia, Hayashi Toys juga diminta membuat gantungan kunci sebanyak 1.000 buah. Masing-masing 5.000 Moda, dan 5.000 Modi, namun dia menolak karena waktunya terlalu mepet.
Selain boneka maskot Moda Modi, Hayashi Toys juga mengerjakan beragam boneka yang sudah lama dipesan. Pada awal November nanti, Hayashi Toys harus memproduksi lima karakter binatang yang dipesan pengusaha dari Amerika Latin.
Laporan : Erik Hamzah | Bekasi, umi• VIVAnews
Ketua Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) Sendy Yusuf mengimbau para pemilik Factory Outlet (FO) menyediakan tempat khusus yang digunakan untuk memasarkan batik.
“Sampai saat ini, baru ada satu FO yang memiliki ruang untuk pameran batik, di daerah Dago,” kata Sendy kepada wartawan di Mall Pasteur Hyper Point jalan Pasteur, Rabu (1/12/20).
Jika telah masuk FO, kata dia, wisatawan akan mudah mencari batik dari berbagai daerah dalam satu tempat. “Jadi di FO tersebut, menyediakan batik dari berbagai daerah yang ada di Jabar,” kata Sendy.
Saat ini ada ribuan perajin dan pengusaha batik di Jabar. Selain di Indonesia, produksi batik asal Jabar sudah tersebar di seluruh mancanegara.
Untuk membantu para perajin dan pengusaha batik, YBJB memberikan berbagai kemudahan mulai dari pelatihan dalam membatik, akses permodalan bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) melalui bunga rendah dan tanpa agunan, serta pelatihan manajemen mulai dari teknik hingga pemasaran produk.
“Untuk pemasaran, YBJB mengikutkan perajin dan pengusaha batik dalam pameran baik lokal maupun nasional. Untuk nasional minimal tiga kali dalam setahun,” imbuhnya.
Pihaknya mengaku belum berani membawa perajin dan pengusaha batik masuk ke pameran international. “Sebelum persaingan global, perlu mempunyai kemampuan yang kuat di persaingan lokal,” pungkas Sendy.[gin]
sumber : inilahjabar.com
Buat Factory outlet yang ingin memasarkan batik, bisa berbelanja kebutuhan batik melalui online di www.grosirpasarklewer.com, Pasar Klewer merupakan salah satu pasar batik yang yang cukup terkenal di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya wisatawan asing maupun domestic yang berkunjung untuk melihat-lihat batik solo yang ada di Pasar Klewer. Selain itu Pasar klewer juga merupakan salah satu sentra bisnis grosir batik dengan harga yang relatif murah.
Dengan komitmen dan konsentrasi pada pelayanan perdagangan busana khususnya batik solo di Indonesia, kini kami berhasil menjadi salah satu perusahaan grosir online terpercaya dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi di Indonesia.
Bencana letusan Gunung Merapi telah menginspirasi para pengrajin batik untuk membuat karya batik bermotif bencana Merapi. Salah satunya adalah batik bermotif ‘wedus gembel’ dan Gunung Merapi. Batik bermotif khusus itu total terjual seharga Rp 103 juta.
Lelang 3 batik bermotif Gunung Merapi dan ‘Wedus Gembel’ itu dilelang dalam Pameran Batik Jawa Tengah di Plaza Kementerian Perindustrian, Jl Gatot Soebroto, Jakarta, Selasa (30/11/2010).
Batik bermotif Gunung Merapi dan wedus gembel tampil dan di lelang di acara pameran batik Jawa Tengah yang berlangsung 30 November-3 Desember 2010 di Kementerian Perindustrian. Dalam pameran ini juga ditampilkan 52 stand batik asal Jawa Tengah.
“Kita juga me-launching batik bermotif Merapi karya Komar,” kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah.
Euis menjelaskan batik Merapi dan wedus gembel merupakan karya perajin batik Komar asal Jawa Barat. Uang hasil lelang akan disumbangkan bagi bantuan sosial termasuk korban bencana Merapi.
Ada tiga motif batik Gunung Merapi yang berhasil dilelang yaitu batik pertama berhasil terjual Rp 51 juta, penawar tertinggi Menteri Perindustrian MS Hidayat. Batik kedua terjual Rp 32 juta penawar tertinggi oleh Carmelita salah satu pengurus Kadin dan batik ketiga terjual Rp 20 juta, penawar tertinggi Benny Soetrisno seorang pengusaha tekstil.
“Saya buka dengan harga pembuka Rp 200.000,” kata Komar sebelum membuka lelang kepada detikFinance.
Menteri Perindustrian MS Hidayat langsung menyambar menawar harga Rp 20 juta, hingga proses tawar-menawar dan akhirnya disepakati harga Rp 51 juta untuk batik pertama.
Setelah melihat harga lelang yang cukup tinggi, lantas Komar menaikan penawaran harga pembuka karya batiknya menjadi Rp 10 juta untuk yang kedua dan ketiga. Batik kedua akhirnya terjual Rp 32 juta dan ketiga terjual Rp 20 juta, sehingga total penjualan untuk 3 batik bermotif Merapi itu mencapai Rp 103 juta.
(hen/qom) sumber:detik.com
Seperti ruas jalan ibukota lainnya, kawasan Pasar Tanah Abang belum juga terbebas dari kemacetan kronisnya. Ibarat benang kusut, lalu lintas di Tanah Abang makin semrawut bak benang kusut.
Padahal, Pemerintahan Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah mencoba berbagai jurus menanggulangi kemacetan di kawasan pusat perdagangan tekstil terbesar di Asia Tenggara ini. Di antaranya, pembangunan jalur underpass dan penerapan jalur satu arah.
Seperti diketahui, Pasar Tanah Abang dari dulu dikenal masyarakat sebagai kiblatnya barang tekstil. Sehingga banyak pengusaha berbondong-bondong berburu barang dagangannya disini.
Akan tetapi, aktivitas perdagangan dan hilir mudiknya pengunjung justru berdampak pada arus jalan raya. Setiap pengguna jalan yang ingin melewati jalan di depan pasar tersebut dihadapkan pada kemacetan. Ini terbukti dengan panjangnya antrian kendaraan dari arah Karet menuju Cideng atau pun sebaliknya.
Kemacetan ini terjadi nyaris sepanjang waktu, dari pagi hari sampai berakhirnya aktivitas masyarakat ibukota pada malam hari.
Di antara penyebab kemacetan ini misalnya adalah aktivitas bongkar muat barang, pengunjung yang meluber sampai ke jalan, dan angkutan umum yang berhenti sembarangan. Karena itu, arus jalan tersendat ketika pengendara ingin memasuki jalur underpass yang terdapat di depan pasar Tanah Abang.
Seorang juru parkir di depan salah satu ruko Tanah Abang, Daryanto (52), mengatakan, dari awal berdirinya pasar Tanah Abang, kemacetan memang sudah terjadi. Bahkan sampai sekarang, meski underpass yang dianggap pemerintah sebagai solusi tepat mengentaskan kemacetan sudah tersedia. “Mungkin, kemacetan akan menjadi trademark-nya pasar ini. Lihat saja sekarang, kemacetan itu masih saja terjadi,” kata pria yang sudah mengawali profesinya sebagai tukang parkir sejak 1998 di wilayah tersebut.
Dimanapun, lanjutnya, keberadaan pusat perbelanjaan di Jakarta sudah pasti berdampak pada kemacetan. Apalagi, Jakarta tergolong padat dengan kendaraan bermotor. Terlebih sejak pasar Tanah Abang direnovasi pada 2005, kesan kumuh, padat, dan panas tidak lagi melekat di pasar yang kini dikenal dengan Blok A pasar Tanah Abang. Kondisi ini makin menambah jumlah konsumen yang datang.
“Tanah Abang sama seperti pusat belanja lainnya. Macet. Lihat saja mall Ambassador yang tak jauh dari sini, jalan depannya pasti macet,” terangnya.
Daryanto menilai, biang kemacetan itu terutama disebabkan kendaaraan umum dan angkutan barang yang berhenti di sembarang tempat. “Angkutan umum itu kan mencari calon penumpang,” jawabnya.
Selain di sepanjang jalan menuju pasar Tanah Abang, di persimpangan lampu merah Tanah Abang, tepatnya di bawah flyover karet menuju Cideng atau flyover dari arah Jatibaru menuju Jalan Kebon Sirih, juga sering dilanda kemacetan. Terutama pada pagi dan sore hari, ketika sistem three in one berlaku di Jalan MH Thamrin.
Padahal, beberapa bulan lalu Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta baru saja menerapkan jalur satu arah di Jalan Jati Baru. Kendaraan dari Jalan Abdul Muis menuju Petamburan harus melewati Jalan Fakhrudin.
Untuk itu, petugas memasang tanda larangan melintas menuju Jl Jatibaru. Namun, pemasangan tanda tersebut mengakibatkan ruas Jalan Fakhrudin atau tepat di depan Hotel Millennium tersendat. Hal itu disebabkan banyak pengendara yang bingung memilih jalur. Apakah menuju Karet ataukah Slipi. “Pemberlakuan sistem satu arah ini memang sudah lama diterapkan. Tapi, langkah ini belum bisa mengatasi kemacetan.
“Pembatasan ruas jalur di jalan Fakhrudin menyebabkan kebingungan pengendara,” ujar Tarso (42), salah seorang pengendara sepeda motor yang hendak menuju arah Slipi, Jakarta Barat.
Kemacetan di jalan ini menurutnya memang rutin terjadi, terutama pagi dan sore hari. Kepadatan kendaraan ini, lanjut Tarso, disebabkan pengendara yang mencoba menghindari pemberlakuan sistem 3 in 1 di Jalan MH. Thamrin.
[RM]
|